Jagalah hafalan Al-Qur’an karena hafalan tersebut mudah lepas atau hilang.
Riyadhus Sholihin karya Imam Nawawi, Kitab Al-Fadhail (Kitab Keutamaan)
باب الأمر بتعهد القرآن والتحذير عن تعريضه للنسيان
Bab 181. Perintah Menjaga Hafalan Al-Qur’an dan Peringatan Jangan Sampai Melupakannya
Hadits #1002
Jagalah Hafalan Al-Qur’an
عن أَبي موسى – رضي الله عنه -، عن النبيِّ – صلى الله عليه وسلم – ، قَالَ : (( تعاهدوا هَذَا القُرْآنَ ، فَوَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَهُوَ أشَدُّ تَفَلُّتاً مِنَ الإبلِ فِي عُقُلِهَا )) متفقٌ عَلَيْهِ .
Dari Abu Musa radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Hafalkanlah (dan rutinkanlah) membaca Al-Qur’an. Demi yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, Al-Qur’an itu lebih mudah lepas daripada unta yang lepas dari ikatannya.” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, 9:79 dan Muslim, no. 791]
Faedah hadits
- Hadits ini menjadi dalil agar rutin membaca Al-Qur’an dan mengingatnya.
- Jika terus mengulangi hafalan dengan rutin membaca, maka hafalan akan terus menancap dalam hati karena hafalan Al-Qur’an itu cepat lebih lepas daripada ikatan unta.
Baca juga:
Faedah lainnya
Ilmu memiliki enam tingkatan
- bagus dalam bertanya,
- berusaha diam dan mendengarkan,
- berusaha memahami,
- menghafalkan,
- mengajarkan,
- buahnya adalah mengamalkan dan memperhatikan batasan-batasannya.
(Miftaah Daar As-Sa’adah karya Imam Ibnul Qayyim, 1:507)
Dari tingkatan ilmu yang disebutkan oleh Ibnul Qayyim sebelumnya, berarti ilmu tidak didapat karena enam kondisi:
- tidak mau bertanya,
- tidak bisa mendengar dengan baik dan tidak menggunakan pendengaran,
- salah paham,
- tidak menghafal,
- tidak menyebarkan ilmu karena siapa saja yang menyimpan ilmu, tidak mau mengajarkannya kepada orang lain, Allah membuatnya lupa dan menghilangkan ilmunya. Ini adalah realita.
- tidak mengamalkan ilmu sebab mengamalkan ilmu mengharuskan untuk mengingat, merenungkan, menjaganya, dan memikirkannya. Ketika seorang tidak mengamalkan ilmu, ia akan melupakannya.
Seorang ulama salaf berkata, “Kami memperkuat hafalan ilmu dengan mengamalkannya.”
Ulama yang lain berkata, “Ilmu menyeru pada amalan. Jika amalan menerima seruan, ilmu bertahan. Jika tidak, ilmu pergi.”
Ibnul Qayyim dalam Miftaah Daar As-Sa’adah (1:516) berkata, “Mengamalkan ilmu adalah sebab terbesar ilmu itu terjaga dan kokoh. Enggan mengamalkan ilmu adalah sebab ilmu itu dilupakan.”
Baca juga:
- Keutamaan Ilmu dari Imam Ibnul Qayyim dari Miftaah Daar As-Sa’adah
- Ancaman Tidak Mengamalkan Ilmu
- Nasihat Ulama: Amalkanlah Ilmu!
Referensi:
- Bahjah An-Nazhirin Syarh Riyadh Ash-Shalihin. Cetakan pertama, Tahun 1430 H. Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali. Penerbit Dar Ibnul Jauzi. 2:209-210.
- Nuzhah Al-Muttaqin Syarh Riyadh Ash-Shalihin min Kalaam Sayyid Al-Mursalim. Cetakan pertama, Tahun 1432 H. Syaikh Dr. Musthafa Al-Bugha, dkk. Penerbit Muassasah Ar-Risalah. hlm. 396-397.
- Miftah Daar As-Sa’aadah wa Mansyur Walaayah Ahli Al-‘Ilmi wa Al-Idarah. Cetakan pertama, Tahun 1433 H. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah. Takhrij: Syaikh ‘Ali bin Hasan bin ‘Ali bin ‘Abdul Hamid Al-Halabiy Al-Atsariy. Penerbit Dar Ibnul Qayyim dan Dar Ibnu ‘Affan.
–
Diselesaikan pada 2 Muharram 1445 H, 20 Juli 2023 di perjalanan Pondok DS Panggang – Jogja
Artikel Rumaysho.Com